Kamis, 28 Agustus 2008

Aliran Sistem Informasi (ASI) Sistem Informasi Penjualan 2

Melanjutkan postingan yang kemaren, tentang Sistem Informasi Penjualan, berikut ini ada satu lagi contoh penggunaan Aliran Sistem Informasi (ASI) untuk Sistem Informasi Penjualan, mungkin bisa dibandingkan dengan yang sebelumnya atau kenyataan yang sebenarnya berlaku diperusahaan / tempat magang kita. Artikel ini digunakan sebagai pembanding atau pembangkit ide bagi anda yang ingin membuat tugas akhir atau skripsi yang mengetengahkan masalah sistem informasi penjualan. Silahkan jika ada tambahan dari pembaca berupa saran dan komentar..

Mengingat kemajuan ilmu dan tekhnologi semakin meningkat dan berkembang seiring dengan perkembangn ilmu pengetahuan, perubahan pun terjadi dalam sistem kerja. Hasil yang baik diperoleh melalui sistem kerja yang terkoordinir dengan baik. Untuk itu perlu dibuat rancangan sistem yang baru, yang dapat memberikan hasil yang lebih baik dari sistem yang lama. Dimana sistem yang baru ini akan memperbaiki kelemahan dari sistem yang lama. Pada bagian perumusan masalah telah dijelaskan bahwa, sistem yang sedang berjalan saat ini belum mampu untuk memberikan informasi sesuai dengan kebutuhan informasi yang semakin meningkat saat ini. Karena pembuatan laporan yang dibutuhkan masih menggunakan paket pemrograman yang bukan berorintasi pada data, sebagai contoh Microsoft Excel. Pada microsoft Exel file-file yang ada tidak bisa direlasikan, padahal laporan yang penjualan disusun dari hasil perelasian file-file yang ada. Artinya software ini hanya mampu menyelesaikan masalah yang bersifat umum.


Efek dari penggunaan cara kerja ini secara langsung berdampak terhadap keefektifitasan kerja sistem. Kelemahan tersebut dapat diidentifikasi dengan melihat bagaimana cara pembuatan laporan dengan mengelompokkan data-data penjualan yang ada secara manual. Pada tahap selanjutnya baru diisikan kedalam tabel sheet pada software mincrosoft Exel. Dari proses ini berakibat pengarsipan yang tidak perlu, dimana lembaran pengelompokkan dalam daftar tabel sama yang diarsip sama dengan yang ada pada file. Analisa sistem seperti ini sangat diperlukan dan akan dijelaskan lebih lanjut dengan memberikan beberapa usulan terbaik dalam menyelesaikan setiap masalah yang berhubunagan dengan pengolahan data Penjualan.


Aliran Sistem Informasi Lama


Proses aliran sistem informasi lama ini dimulai dari :


1. Distributor yang menyerahkan nota permintaan barang pada bagian marketing.


2. Bagian merketing kemudian mencek nota yang diterima tersebut dan kemudian diserahkan pada bagian logistik.


3. Bagian logistik melakukan pengecekan persedian dari barang yang diminta dan langsung membuat faktur penjualan dari barang-barang yang dipesan. faktur dibuat rangkap tiga


4. Rangkap satu dan dua diserahkan pada bagian penjualan.


5. Rangkap ketiga disimpan sebagai arsip.


6. Bagian penjualan menyerahkan Faktur kepada distributor beserta barang yang dipesan sebagai bukti transaksi penjualan.


7. Faktur yang tinggal pada bagian penjualan diolah menjadi data penjualan.


8. Bagian marketing kemudian membuat laporan penjualan berdasarkan data penjualan.


9. Laporan dibuat rangkap dua, rangkap pertama diserahkan pada direktur dan yang kedua disimpan sebagai arsip.


Berikut ini Aliran Sistem Informasi yang berjalan.








































Aliran Sistem Informasi (ASI) Baru


Aliran Sistem Informasi (ASI) yang baru digunakan untuk menggambarkan aliran sistem informasi setelah dilakukan pengembangan terhadap sistem informasi yang diteliti. Aliran Sistem Informasi ini akan menggambarkan sistem secara global (menyeluruh), artinya seluruh entitas yang terlibat dengan sistem ini ikut digambarkan. Entitas yang terlibat dalam sistem pelaporan Penjualan produk ini adalah :


1. Distributor


2. Bagian Marketing


3. Bagian Logistik


4. Direktur


Kalau dilihat secara garis antara sistem informasi yang lama dan yang baru tidak begitu banyak terjadi perubahan. Perubahan terjadi hanya pada proses penyimpanan dan pengolahan data serta dalam pembuatan laporan yang dibutuhkan. Karena memang disinilah yang sering terjadi masalah, yaitu keterlambatan dalam penghitungan dan pembuatan laporan.


Proses aliran sistem informasi baru ini dimulai dari :


1. Distributor yang menyerahkan nota permintaan barang pada bagian marketing.


2. Bagian marketing kemudian mencek nota yang diterima tersebut dan kemudian diserahkan pada bagian logistik.


3. Dengan nota permintaan ynag diterima bagian logistik melakukan pengecekan persediaan dari barang yang diminta dan langsung membuat faktur penjualan dari barang-barang yang dipesan.


4. faktur dibuat rangkap tiga, rangkap satu dan dua diserahkan pada bagian marketing. Dan rangkap ketiga disimpan sebagai arsip.


5. Pada bagian marketing faktur yang diterima diserahkan pada distributor beserta barang yang dipesan sebagai bukti transaksi penjualan.


6. Setelah terjadi transaksi penjualan, faktur yang tinggal pada bagian penjualan diolah menjadi data penjualan.


7. Berdasarkan data penjualan yang ada bagian penjualan kemudian membuat laporan penjualan.


8. Laporan dibuat rangkap dua, rangkap pertama diserahkan pada direktur dan yang kedua disimpan sebagai arsip.


Untuk lebih jelasnya keterangan di atas dapat dilihat pada gambar berikut:








































































Gambar 4.2 : Aliran Sistem Informasi (ASI) Baru


Rabu, 27 Agustus 2008

Aliran Sistem Informasi (ASI) Sistem Informasi Penjualan

Ini adalah salah satu contoh penggunaan Aliran sistem informasi / ASI untuk menganalisa permasalahan dan mendisain sistem yang baru pada sebuah PT X (nama PT dikarang sendiri), berikut adalah kutipan langsungnya:
Mungkin teman-teman mempunyai pendapat mengenai rancangan ASI ini, silahkan masukkan komentarnya, sehingga bisa kita evaluasi bersama-sama.



Sistem yang diterapkan atau yang sedang berjalan mengenai penjualan barang jadi maupun data konsumen masih menggunakan system manual. Jika dilihat dari segi fungsi penjualan pada PT X, supaya mudah mendapatkan informasi mengenai perkembangan dari produksi perusahaannya, maka sebaiknya digunakan system informasi secara komputerisasi. Pengolahan data dengan menggunakan system manual ini dapat terjadi kekurangan dan kesalahan, sehingga terjadi kesulitan dalam memperbaiki atau memodifikasi data tersebut, juga akan memakan waktu yang lama untuk melakukan proses data.


Masalah system informasi pada PT X ini dilakukan oleh bagian administrasi, dimana bagian administrasi ini menerima daftar penjualan barang yang telah dicek pelanggan dan mencek kembali daftar penjualan barang tersebut, kemudian diberikan kepada bagian gudang untuk mencari barang permintaan pelanggan. Setelah barang tersebut didapat maka bagian gudang memberikan daftar barang yang dipesan pada pelanggan dan kepada bagian keuangan, oleh bagian keuangan daftar barang yang dipesan tersebut dibuatnya faktur penjualan yang nantinya diberikan kepada bagian administrasi. Kemudian bagian administrasi membuat laporan harian yang dijadikan sebagai arsip dan diberikan kepada pimpinan perusahaan sebagai laporan penjualan apabila dibutuhkannya.


Dengan menggunakan system tersebut di atas, maka perusahaan sering mengalami masalah dalam pembuatan laporan yang khususnya bagian administrasi. Sebab dengan system tesebut data yang diperoleh tidak efisien, karena system yang sedang berjalan masih menggunakan system manual.


Analisa terhadap system yang sedang berjalan bertujuan :


- Untuk mengetahui kendala-kendala apa saja yang menyebabkan system lama kurang efisien dalam melakukan pengolahan data penjualan.


- Untuk mengetahui apakah arsip yang disimpan mempunyai tingkat keamanan yang terjamin.



Berdasarkan permasalahan yang ada pada system lama dapat disimpulkan suatu system informasi pengolahan dalam mengadakan pengolahan data penjualan untuk menghasilkan laporan. disebelah adalah Aliran Sistem Informasi yang berjalan




Disain Sistem Baru


Di dalam mempelajari system lama banyak sekali ditemui kelemahan-kelemahan, seperti kurang efisiennya penggunaan waktu. Seandainya terjadi kesalahan yang berulang-ulang berarti kita harus membuat laporan baru. Dengan diterapkannya system baru, maka diharapkan bagi analisis melakukan penganalisaan terhadap kebutuhan informasi yaitu berupa output yang dikehendaki dan selanjutnya menganalisa persyaratan yang diperlukan serta menyiapkan data apa saja yang perlu disimpan dalam file. Setelah kebutuhan informasi dan persyaratan tersebut diterapkan, maka tahap selanjutnya adalah tahap perencanaan, antara lain :


1. Merancang dan menerapkan file-file yang dibutuhkan yaitu membuat rancangan data-data sesuai dengan jenis datanya.


2. Merancang system secara global.


3. Pembuatan program aplikasi.


Untuk mendesain system baru perlu diketahui beberapa hal yang menunjang terjadinya modifikasi system yang berlaku sekarang. Dalam hal ini penulis memulai dengan menentukan bentuk keluaran, bentuk masukan dan file-file yang dibutuhkan, serta proses yang terjadi selama system berjalan. Diharapkan dengan rancangan system baru ini tugas-tugas yang dilaksanakan dapat dikerjakan dengan baik dan informasi yang dihasilkan dapat diperoleh kapan saja oleh pemakai system.



Berikut ini desain sistem baru:








Minggu, 24 Agustus 2008

Mailing List Sebagai Sumber Belajar


MAILING LIST SEBAGAI SUMBER BELAJAR


Oleh: Edri Yunizal


[*]






Abstract



Aim of the writing how using Mailing list as the source of study. This tools can solve the problems found in study and learning activity, that always depend on time, place and people using for source of study. Stack of file that fullfill the cabinet, complication on sorting the data,and etc. Now, with connectivity of Personal Computer, student can gather information from various source around the world.at any time, any place, and off course any expert or maybe proffessor from anywheree







Kata Kunci: Mailing List, e-Mail, Belajar, Sumber Belajar





A. Pendahuluan


Belajar-mengajar sebagai suatu proses, merupakan suatu sistem yang tidak terlepas dari komponen komponen lain yang saling berinteraksi didalamnya, dan salah satu komponen tersebut adalah sumber belajar, sebagai sebuah daya yang dimanfaatkan untuk kepentingan proses belajar mengajar, baik secara langsung maupun secara tidak langsung.


Beberapa pendidik mempunyai anggapan yang salah mengenai sumber belajar. Ada yang menganggap sumber belajar itu hanya berupa buku, slide, modul atau bahan-bahan tercetak lainnya. Anggapan tersebut salah karena sumber belajar sangat luas, sehingga bisa dikatakan seluas hidup itu sendiri. Hal ini dinyatakan oleh Edgar Dale, bahwa pengalaman itu adalah sumber belajar, dan menjadikan sesuatu yang dialami itu dianggap sebagai sumber belajar.



Seiring dengan adanya Konektifitas Personal Computer (PC) melalui jaringan internet telah memungkinkan munculnya sumber belajar-sumber belajar baru yang memanfaatkan data dalam bentuk elektronik. Selain mudah diurutkan dan dicari, data juga tidak membutuhkan media penyimpanan yang besar. Teknologi ini juga memungkinkan untuk mengakses data di mana saja.


Menurut Ono W. Purbo ada 7 aplikasi internet yang bisa diaplikasikan di dunia pendidikan yakni: e-mail, Mailing List , World Wide Web, File Transfer, Fax Server, Video Conference, danInternet Phone. E-mail digunakan untuk fasilitas surat menyurat secara elektronik, mailing list adalah pengembangan e-mail untuk sarana diskusi, world wide web digunakan untuk menampilkan profil, informasi interaktif maupun statis sebuah institusi, atau organisasi, file transfer digunakan untuk kirim-mengirim arsip-arsip elektronik, video conference digunakan untuk melakukan pertemuan secara digital, sedangkan internet-phone digunakan untuk melakukan percakapan telpon dengan memanfaatkan internet.



Mailing list digunakan untuk menggandakan kekuatan e-mail yang memungkinkan seseorang untuk mengirim pesan kepada orang lain yang sama-sama tertarik pada satu kajian masalah. Fasilitas ini menyediakan satu tempat bagi komunitas tertentu untuk saling melontarkan pendapat, berdiskusi melalui elektronic mail atau yang lebih dikenal dengan e-mail. Jika pada diskusi biasa seperti workshop,seminar dan lain-lain sangat bergantung pada kehadiran fisik sang nara sumber, sehingga seringkali peserta dialog tidak berkesempatan untuk berdialog dengan nara sumber. Hal ini dapat diatasi dengan menggunakan media ini, karena nara sumber hanya perlu mendownload isi pesan dari server, mengkonsep jawabannya, dan kemudian mengirimnya kembali, dan ditanggapi kembali oleh seluruh kelompok diskusi.


Dengan kemampuan seperti itu mailing list layak dijadikan sebagai sebuah sumber belajar. Karena keluasan cakupan, up to date nya informasi dan kemudahan melakukannya yang tidak memerlukan waktu khusus.


Untuk itu dalam pembahasan ini penulis akan menjelaskan tentang sejarah mailing list, bagaimana menggunakan mailing list, serta memanfaatkannyasebagai sumber belajar. Selain untuk menambah referensi dunia pendidikan, adalah untuk memperkenalkan salah satu tool terbaik dalam dunia maya yang telah banyak menciptakan praktisi-praktisi TI yang powerfull dan berkembang cepat dalam hitungan menit, tanpa pernah secara fisik memegang buku, mengikuti workshop, apalagi seminar.





B. Konsep Dasar Mailing List




Mailing list ditemukan tidak begitu lama setelah e-mail diciptakan. Hal ini dipicu dengan penemuan bahwa dengan mengkombinasikan sejumlah alamat email dalam satu alamat saja, memudahkan untuk mengirimkan email kepada sekelompok orang dalam jaringan internet. Teknologi yang dimotori oleh ARPANET ini memanfaatkan program e-mail yang pertama yakni SNDMSG. Beberapa program mailing list yang pertama dan terkenal umumnya meliputi beberapa kelompok diskusi yakni: human-nets adalah kelompok diskusi manusia dan hubungannya dengan jaringan; network-hackers yakni kelompok pemrograman internet dan masalah-masalah tentang protokol jaringan; sf-lovers yakni kelompok literatur ilmu pengetahuan; wine-taster yakni kelompok diskusi pencinta anggur.


Diawal 80-an, ARPANET memperkenalkan Google Groups yang sangat popular dalam sejarah mailing list hingga saat sekarang ini. Jim Ellis dan Tom Truscott kemudian terinspirasi untuk mengembangkan Usenet, yang menyediakan daftar yang tidak disediakan ARPANET. Versi lain dari mailing list juga dibuat oleh jaringan BITNET yang memungkinkan ribuan peneliti untuk saling tukar menukar informasi antar organisasi diseluruh dunia. BITNET juga menyalinkan kebanyakan dari mailing list mereka ke Usenet. Saat ini, setidaknya ada 3 software aplikasi yang digunakan untuk menjalankan kebanyakan mailing list, yakni: Listserv History, Majordromo History, dan Listproc History.


Untuk masa sekarang ini mailing list sudah merupakan sarana yang bukan begitu aneh lagi dikalangan pendidikan. Di ITB, dikomandoi oleh "profesor internet"-nya Onno W. Purbo, sudah memiliki lebih kurang 100 lebih mailing list.


Menurut E.Krol (1989) mailing list adalah suatu cara bagi para pengguna untuk tetap up to date dalam berita-berita terkini di jaringan internet melalui pengiriman surat elektronik ke sebuah mail reflector. Mail reflector adalah sebuah kotak surat elektronik khusus yang ketika menerima e-Mail akan langsung mengirim daftar email yang lain.


Seorang pengguna cukup mengirimkan e-mail ke satu alamat e-Mail, kemudian e-mail tersebut disebarluaskan kepada seluruh anggota yang berlangganan mailing list tersebut. Jika seseorang menghadapi masalah dengan peralatan komputernya, sedangkan dia adalah seorang anggota mailing list tempat berkumpulnya para teknisi dan ahli komputer. Maka dengan mengirimkan masalahnya ke e-mail mailing list, dapat diharapkan satu, atau dua ahli dalam komunitas tersebut mengetahui jawabannya dan membalas e-mail si pengguna tersebut. Selain membantu si pengguna, hal ini juga akan menambah wawasan para anggota mailing list yang lain. Inilah asal muasal munculnya berbagai macam kelompok diskusi tentang masalah-masalah tertentu. Bukan sekedar kelompok diskusi biasa, karena hal ini berlangsung tanpa henti, 24 jam dalam sehari, 7 hari dalam seminggu.





Menggunakan Mailing List




1. Mencari Mailing List Yang Sesuai


Hal pertama yang harus dilakukan untuk bergabung dalam komunitas milis (mailing list) adalah mencari mailing list yang sesuai dengan keinginan si pengguna. Ini bisa dilakukan dengan mencari melalui server-server mailing list yang menyediakan layanan ini seperti Yahoo groups, Google groups, sampai server buatan anak negeri seperti itb.ac.id. Di masing-masing server terdapat topik-topik yang dibutuhkan. Bahkan beberapa diantaranya menyediakan daftar indeks yang digunakan untuk membantu pengguna untuk mencari berbagai topik dari diskusi-diskusi, penelitian-penelitian, investigasi-investigasi, dan hiburan-hiburan yang telah ada sebelumnya, adanya kotak pencarian memungkinkan pengguna untuk mencari daftar kata-kata kunci yang menarik. Beberapa website yang menggunakan index adalah: Catalist, Mailbase.ac.uk, Yahoo groups.


Meskipun ada beberapa mailing list yang tidak digunakan untuk public, namun hanya digunakan untuk kalangan tertentu saja (private). Seperti kelompokalumni, kalangan seprofesi, dan lain sebagainya. Namun banyak juga mailing list dipublikasikan dengan jumlah pengguna yang tentu saja lebih tinggi. Untuk jenis ini, pengguna dapat melihat lalu lintas berita yang keluar masuk, dan melihat arsip surat-surat yang telah terlebih dahulu dikirim melalui antarmuka yang disediakan oleh masing-masing server.



2. Berlangganan


Setelah menemukan mailing list yang sesuai, langkah berikutnya adalah berlangganan, atau yang lebih dikenal dengan istilah subscribe. Pada proses ini pengguna akan mendaftar sebagai anggota mailing list, tanpa syarat apapun kecuali memberikan alamat e-mail. Setelah terdaftar pengguna akan mendapatkan akses untuk mengirim (posting) sebuah berita, penelitian, pertanyaan, jawaban, iklan, dan lain sebagainya ke dalam komunitas maya ini. Dan secara periodik juga menerima e-mail-e-mail terbaru dari anggota yang lain.


E. Krol (1989) mengatakan bahwa format umum untuk berlangganan ke sebuah mailing list adalah dengan mengirimkan e-mail ke alamat mail reflector-nya dengan menambahkan string -subscribe. Misalnya, jika pengguna ingin masuk kedalam bagian mailing list dari Yahoogroups yang di reflekasikan oleh indo-oracle@yahoogroups.com, maka pengguna harus mengirimkan sebuah email kosong dengan alamat indo-oracle-subscribe@yahoogroups.com. Selain dengan cara ini, untuk beberapa mailing list juga telah menyediakan fasilitas untuk berlangganan dengan cara mengklik tombol "Join This Mailing List", yang tersedia dalam interface servernya, Yahoo group merupakan salah satu server yang menyediakan fasilitas ini.


Setelah proses tersebut, pengguna akan menerima sebuah pesan perkenalan dari reflektor e-mail tersebut, yang berupa ungkapan perkenalan, tata cara menggunakan list, cara berhenti berlangganan, dan aturan-aturan kode etik yang harus dipatuhi oleh peserta milis tersebut, email ini harus disimpan oleh si pengguna untuk keperluan lebih lanjut. Untuk alasan keamanan, beberapa mailing list mengharuskan pengguna untuk membrowsing ke alamat tertentu yang tertera pada pesan perkenalan ini. Beberapa mailing list akan mengirimkan email yang menyatakan bahwa permohonan berlangganan pengguna telah dikirimkan ke moderator, yang akan mengecek dan menyetujui pendaftaran pengguna secara pribadi.


Setelah pendaftaran selesai, maka secara kontinyu, mail reflector akan mengirimkan pesan-pesan yang ada di mailing list yang ada dimulai dari saat si pengguna terdaftar kedalam mailing list tersebut. E-mail yang digunakan oleh pengguna untuk melakukan subscribe akan dijadikan alamat tujuan dari mail reflector.



3. Mengirim dan Menerima email melalui mailing list


Bagi yang telah biasa menggunakan email, menerima email melalui miling list bukanlah hal yang baru. Tidak ada pengaturan yang harus dimodifikasi agar email tersebut dapat menerima surat-surat dari mailing list. E-mail yang diterima tidak jauh berbeda dengan yang biasa, hanya saja subject (judul) yang diterima, biasanya dengan format: "[nama_mailing_list]subject_email". Jadi jika diumpamakan, email dikirimkan dari indo-oracle@yahoogroups.com dengan subject "setting oracle 8i", biasanya pada isian subject email akan diterima berupa"[indo-oracle] setting oracle 8i". Namun hal ini bergantung sepenuhnya pada pengaturan oleh moderator atau pengelola milis tersebut.


Untuk membalas (reply) email yang diterima, juga dapat dilakukan dengan menggunakan fasilitas reply seperti penggunaan email. Hanya saja, setiapkali pengguna membalas email, alamat yang dituju bukanlah kepada si pengirim email sebenarnya, namun langsung diarahkan pada alamat reflektor email dari mailing list, sehingga jawaban tersebut juga dapat dibaca oleh anggota yang lain, pada tahap pendaftaran biasanya pengguna dibebaskan memilih apakah alamat e-mailnya dirahasiakan atau tidak.



4. Pengiriman Intisari


Umumnya metode penerimaan email untuk mailing list adalah menyalin setiap email yang terkirim dalam daftar mail dalam kondisi real time, hanya dalam hitungan menit ketika email tersebut diterima oleh server mailing list tersebut. Namun kadangkala pengguna mailing list, tidak suka menerima email yang banyak didalam inboxnya, ada yang lebih suka untuk menerima sejumlah email yang telah terfilter sesuai dengan kriteria tertentu terkumpul dalam satu email saja. Fasilitas ini dinamakan dengan digest. Digest sangat bermanfaat untuk mengurangi lalu lintas email danlebih memudahkan dalam memanajemen email yang masuk.


Yang harus diingat ketika membalas (reply) email yang masuk dalam moduis ini, sebaiknya hal-halyang tidak berkaitan dihapus terlebih dahulu, sebab jika tidak, dalam email balasan akan menambahkan seluruh isi email yang telah termaktub kedalam file digest tersebut.



5. Berhenti Berlangganan


Salah satu alasan pengguna harus menyimpan email notifikasi yang diterima dari email reflektor adalah karena email tersebut mengandung informasi penting mengenai cara untuk berhenti berlangganan dari mailing list tersebut. Prosedur untuk berhenti berlangganan, mempunyai versi yang berbeda-beda tergantung pengaturan software yang digunakan Listserv, Majordromo, atau Listproc.





C. Pembahasan


Dengan penempatannya sebagai sumber belajar, tentu saja mailing list harus memenuhi kriteria umum dari sumber belajar itu sendiri. Adapun kriteria umum itu adalah ekonomis, praktis dan sederhana, mudah diperoleh, bersifat fleksibel dan komponen-komponennya sesuai dengan tujuan. Berikut rincian kriteria-kriteria tersebut:


a. Ekonomis


Setiap mendengar kata internet, pikiran akan langsung terbebani dengan uang yang harus dikeluarkan untuk membayar tagihan dari warnet tempat menggunakan internet. Apalagi harap dimaklumi, tarif dari provider internet kita masih tergolong tinggi untuk saku anak sekolah yang potensial dalam penggunaan internet. Namun hal ini sebenarnya dapat disiasati dengan menggunakan trik-trik tertentu:


i. Memanfaatkan email client


Dengan mengggunakan software email client seperti microsoft outlook, outlook express, dan lain sebagainya. Sebenarnya yang perlu dikurangi dalam mensiasati biaya internet adalah dengan mengurangi lama akses ke internet. Hal ini dapat dilakukan tanpa perlu mengakses internet sampai 2-5 jam, namun bisa dilakukan dengan hitungan menit. Dengan menggunakan program e-mail client, pengguna dapat mendownload seluruh email yang masuk kedalam inbox mereka tanpa perlu terbebani, pindah-pindah halaman website email yang kadangkala membutuhkan waktu yang lama untuk membuka satu email saja, untuk kemudian menyimpannya ke dalam program pengolah kata seperti microsoft word.


Setelah semua pesan selesai di download, kemudian pengguna dapat membaca, membalas dan mempelajari surat-surat yang masuk ke dalam inbox mereka secara offline atau tidak terhubung ke internet, membuat balasan secara offline, dan kemudian membawanya kembali ke warnet, atau menyambungkan modemnya sendir dirumah, bagi yang mempunyai sambungan dial-up dirumahnya. Kemudian menggunakan program e-mail client tersebut untuk mengirim kembali data-data yang sudah dimodifikasinya sembari mendownload kembali informasi terbaru dari mailing list. Begitu seterusnya, dengan cara ini, jumlah jam akses ke internet dapat dikurangi.


ii. Pilih provider yang tepat


Bagi pengguna koneksi dial up, kadang kala jumlah jam yang digunakan dirasakan sangat mengganggu dalam proses mengecek e-mail. Namun, ada beberapa provider yang pembiayaannya tidak tergantung pada lama si pengguna menggunakan internet, namun lebih pada jumlah kilo byte yang di upload atau di download si pengguna. Untuk itu penulis menyarankan memilih provider yang kedua ini, seperti Flexi, Star-One, dan sebagainya. Dengan menggunakan provider ini, dan sedikit pengubahan setting di internet explorer (bagi pengguna windows), akan meminimalkan kilo byte yang didownload. Sehingga waktu yang digunakan lebih lama, namun biaya yang digunakan tetap minimal.


Jadi jika disiasati, tenyata internet khususnya untuk mailing list memang bisa dimanfaatkan dengan biaya yang minimal walaupun di Indonesia yang notabene mempunyai biaya internet yang tinggi


b. Praktis dan Sederhana


Secara keseluruhan, memang dalam penggunaannya, seorang yang ingin menggunakan mailing list haruslah menguasai tentang dasar-dasar menggunakan aplikasi komputer windows. Namun, hal ini memang sudah menjadi tuntutan masa. Para pemegang status quo yang emoh dengan pemanfaatan teknologi sejenis, lambat laun akan mulai tergeser oleh keefektifan, kecanggihan, keefisienan orang yang dibekali dengan teknologi ini.


Melalui jendela web, mailing list dapat dilihat laksana pengumuman, yang terus di update setiap menitnya, dan dapat dikomentari sesuai dengan minat dan keinginan penggunanya, tentu saja dengan harus memperhatikan etika komunitas tersebut.


c. Mudah Diperoleh


Dengan menjamurnya warnet sekarang di kota-kota, internet bukan lagi merupakan barang sulit untuk diperoleh. Namun sekarang sudah menjadi konsumsi bagi anak-anak SMU dan SLTP untuk memperluas pergaulan mereka.


Bahkan sekarang internet sudah bisa diakses melalui perangkat mobile phone, dengan ini, rasanya mailing list bukan sesuatu yang sulit untuk diperoleh.


d. Bersifat flexibel


Data-data mailing list yang berbentuk elektronik bisa disimpan dengan media penyimpanan seperti disket, flashdisk, hardisk, CD-Room. Data-data ini juga dapat dicetak dengan media printer. Mailing list juga tidak bergantung pada kondisi geografis dan fisik si pengguna, sehingga untuk kategori ini mailing list tergolong fleksibel


e. Komponen-komponennya sesuai dengan tujuan


Dengan adanya data yang bersifat elektronis, fleksibel dan tidak terlalu memakan tempat, membuat komponen-komponennya dirasa sangat mendukung untuk menjadi sumber belajar.




Dengan terpenuhinya kriteria umum tersebut mailing list layak dijadikan sebagai sebuah ajang diskusi, yang menuntut adanya jawaban, umpan balik dan adaptasi, maka mailing list dapat diklasifikasikan sebagai sumber belajar yang tidak dirancang untuk kepentingan suatu pengajaran. Dengan mendayagunakan tukar menukar informasi, pendapat dan unsur-unsur pengalaman secara teratur dengan maksud untuk mendapat pengertian bersama yang lebih jelas dan lebih telliti tentang sesuatu, atau untuk mempersiapkan dan merampungkan keputusan bersama sebagaimana pengertian diskusi menurut Nana Sudjana.


Dengan mendaftar ke server diskusi (baca:mailing list), pembelajar dapat menelaah masalah-masalah yang terkait dan pemecahannya yang dikemukakan oleh pembelajar lain. Masalah ini kemudian dicarikan solusinya oleh pembelajar yang lain, bahkan tidak jarang oleh pengelola sendiri. Jika para ahli-ahli bisa dihadirkan dalam komunitas milis, maka pembelajar akan mendapatkan keuntungan yang berlipat ganda.


Pembelajar juga dapat mengajukan masalahnya sendiri untuk komunitas. Siklus ini berlanjut, yang membuat pengetahuan yang biasanya membutuhkan yang lama, dapat diulas secara lugas, cepat dan berkesinambungan. Benar-benar ajang yang tepat untuk tanya jawab, sebab jawaban yang diinginkan kadangkala mempunyai jalan keluar yang berbeda-beda jika menggunakan sekian banyak perspektif. Moderator harus jeli dalam mengatur lalu lintas mailing list agar tidak keluar dari jalurnya. Sebab mailing list bisa saja menjadi ajang olok-olok yang bisa memicu kekisruhan, dan permasalahan yang mengambang.


Siswa sebaiknya didorong untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada di mailing list, selain untuk mengasah pengetahuannya juga untuk sharing pengetahuannya(Onno W. Purbo, 2005). Dengan dikembangkannya sebuah media dialog yang interaktif, oleh sekelompok komunitas ilmu tertentu untuk membahas masalah kekinian. Dengan mailing list hal ini dapat dilakukan tanpa harus terikat dengan jarak, kondisi fisik dan waktu. Tidak dapat dibayangkan ilmu yang akan terserap oleh seorang mahasiswa, jika dia turut berperan aktif dalam sebuah mailing list. Dalam satu hari saja, minimal dia mendapatkan 5 email yang berkaitan dengan subjek mailing list yang digunakannya.





D. Kesimpulan


Proses belajar pada zaman sekarang ini, adalah proses yang sangat menyenangkan. Karena pelajar bisa memanfaatkan teknologi untuk menjelajah ke berbagai tempat di dunia dan memanfaatkannya sebagai sumber belajar. Dari sumber belajar dalam bentuk fisik selama ini, baik itu dengan mencari literatur buku, sumber belajar dari guru/ dosen, sampai ke dialog, seminar dan sebagainya, pendekatan yang dilakukan cenderung boros waktu dan kemungkinan untuk terikat secara fisik. Tugas-tugas yang diarsipkan pun tertumpuk dilemari, sejumlah kekayaan intelektual yang tersimpan percuma.


Dengan memanfaatkan ajang diskusi elektronik berupa mailing list, tugas-tugas bisa dimodifikasi langsung oleh moderator. Dan dikembalikan kepada si pengirim untuk dapat memahaminya dengan lebih baik. Arsip pun tersimpan secara digital, dan bisa dipublikasikan secara luas dengan biaya yang minimal, untuk memperkaya khasanah ilmu pengetahuan, dan memotivasi untuk berbuat yang terbaik karena karya yang dibuat langsung dipertontonkan pada khalayak ramai. Pelajar juga dimungkinkan untuk berinteraksi dengan ahli-ahli dan profesor dari berbagai belahan dunia.


Tidak dapat dipungkiri, kekurangan SDA untuk pemanfaatan teknologi informasi, merupakan salah satu kendala utama dalam pemanfaatan mailing list ini sebagai sebuah sumber belajar. Namun hasil dari matapelajaran Teknologi Informasi dan Komputer yang telah diberlakukan dalam Kurikulum pendidikan sekarang, layaknya dapat dijadikan dasar untuk pengembangan sumber belajar ini.





DAFTAR REFERENSI


Adripen. Cooperative Learning: Paradigma Pembelajaran di Era Post-Modernim, Ta'dib, 2004


Asnawir, Media Pembelajaran, Jakarta: Ciputat Pers, 2002


Herawati, Susi. Konstruktivisme dan Implikasinya Dalam Pembelajaran,. Ta'dib,2005


Indrajit, Richardus Eko, Alexander Rusli dan Marta Adi Darma, Pemanfaatan Search Engine Sebagai Sarana Penunjang Proses Pembelajaran, Yogyakarta:Andi Offset, 2006


Sadiman, Arief S. dkk, Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2003


Stewart, William, Mailing List, www.ccl.net, 1996


Sudjana, Nana. CBSA Dalam Proses belajar Mengajar. Bandung:Sinar Aru Algensindo,1996


Sudjana, Nana dan Ahmad Rifai. Teknologi Pengajaran. Bandung:Sinar Aru Algesindo,2003


W. Purbo, Onno. Teknik Akses e-mail Internet Murah untuk Sekolah. Yogjakarta: Andi Offset,2005,I


W. Purbo, Onno. Teknologi Informasi dan Internet: Wahana Berpacu di Era Mendatang. Bandung: ITB












[*]Penulis adalah dosen pada STAIN Batusangkar

Minggu, 17 Agustus 2008

Metro TV: Menggugat Pendidikan Nasional

Pada hari sabtu tanggal 15 Agustus 2008 lalu saya menonton acara di metro tv pada jam 7 sore dengan tajuk menggugat pendididan nasional. Dalam acara tersebut digambarkan bahwa pemerintah tidak dapat memenuhi amanat UUD 1945 tentang APBN untuk pendidikan yang seharusnya adalah 20% dari total APBN. Dengan mengemukakan fakta-fakta seperti masih adanya gaji guru yang dibawah 200 ribuan, ada guru yang menjadi pemulung, kondisi gaji yang masih rendah, buku-buku pendidikan yang rawan korupsi dan lain sebagainya.



Merdeka! Katanya, begitu acara tersebut menyampaikan berkali-kali dengan nada sinis, mencemooh pemerintah yang telah 3 kali berganti semenjak masa orde baru. Acara didukung dengan menampilkan fakta-fakta dalam bentuk tabel yang menampilkan kemungkinan putus sekolah dan semakin dekatnya pendidikan dengan bisnis, dan semakin menjauh dari sosial.



Apakah memang pendidikan kita separah itu? saya awalnya terkaget-kaget karena sebagai media terkemuka di Indonesia mungkin tidak seharusnya metro tv berlaku seperti itu, kita boleh dan harus mengkritik pemerintah dalam melaksanakan kebijakan-kebijakan, tetapi mbok ya diperhitungkan. Yang menonton acara tersebut adalah masyarakat umum, yang tentu saja akan memandangnya secara berbeda-beda.


Bentuk publikasi media yang seperti ini membuat seolah-olah dunia pendidikan sedang mengemis, sehingga akan membuat opini yang jelek tentang pendidikan di Indonesia. Padahal kita tahu, dahulu pendidikan di Indonesia merupakan hal yang sangat di inginkan oleh orang-orang diwaktu lampau. Sebab pendidikan dianggap akan mengangkat harkat dan martabat keluarga, karena profesi guru merupakan profesi yang sangat-sangat dikagumi.


Namun sekarang, profesi guru bukanlah lagi profesi favorit, karena pergeseran nilai, kebanggaan keluarga bukan pada profesi guru lagi, tetapi lebih kepada materi yang berlimpah. Sehingga profesi guru bukan lagi profesi yang diburu, namun lebih merupakan profesi alternatif jika tujuan utamanya tidak tercapai. Bisa kita lihat dari maraknya minat para lulusan perguruan tinggi untuk mengambil Akta IV agar bisa mengajar disekolah, pada awalnya mereka merupakan sarjana dibidang masing-masing, namun karena tidak bisa terserap dalam dunia kerja sebagian dari mereka memilih Akta IV untuk mencoba bekerja (namun niat awalnya tidak begitu).


Sekarang Akta IV sudah dihapuskan, proses untuk pendaftaran PNS dikalangan pendidik juga cukup ketat, mudah-mudahan, saya optimis, profesi pendidik sudah mulai lagi menjadi favorit, sehingga yang mendaftar adalah orang-orang yang berkualitas. Tidak hanya itu, salah satu kabar baik lainnya adalah perkembangan pendidikan kita yang tidak hanya bersumber dari guru saja seperti dahulu, dulu sumber belajar hanya guru saja. Namun dengan perkembangan sekarang buku dan internet merupakan sumber belajar otodidak yang bisa diakses dimana saja. Tentu saja masih ada kendala biaya, tetapi kita harapkan akan banyak kompetitor-kompetitor yang bisa membuat harga buku dan internet makin murah dan tentu saja muaranya adalah meningkatnya kualitas pendidikan nasional, kita semua berharap begitu.


Eh, kabarnya pak SBY juga sudah menyetujui anggaran pendidikan yang 20 % itu, saya bacanya di koran Padang Express, nah lo, Selamat Belajar!, Merdeka!