Rabu, 24 April 2024

Jumat, 31 Maret 2017

Review paper dengan pena

Mereview paper adalah kegiatan yang lumayan, lumayan apa?, tergantung perspektif masing-masing lah, lumayan berat, lumayan susah, lumayan sering lupa. Itu persepsi saya.

Dalam memudahkan membaca, dan menghemat mata, saya cenderung memprint paper tersebut.

Kemudian setelah dibaca, saya beri catatan di kiri kanan atas dan bawah paper.

Cuman, ketika dibaca ulang, kok malah bingung ya?, ini catatan dengan tulisan seorang berusia 30 an lebih yang sudah entah berapa belas tahun tidak mencatat, ketika dibaca ulang, ternyata lebih ribet dari pada membaca ulang papernya.

Ada ide, ngeliat temen, gunakan pena dengan 4 warna.


  1. Biru untuk menandai ide-ide penting si paper
  2. Hijau untuk menandai ide yang bisa kita pakai
  3. Merah untuk menandai kelemahan dari si paper, atau kelemahan konsep, intinya kelemahan

Yang hitam buat apa bro?, ya untuk nyatat pas kuliah lah, emang mau beli pena 1 lagi, kaya boleh bro, belagu jangan, wkwkwk.

Yang ngga merokok, tolong abaikan asbak, kopi, dan rokoknya.

Mencari paper ilmiah

Untuk mencari paper, tentunya cara paling mudah adalah melalui google scholar, misalnya saya mencari paper dengan kata kunci sebagai berikut:

Khanmohammadi K, Houmb SH. Business process-based information security risk assessment. In: 4th international conference
Setelah saya search di google scholar, ternyata paper tersebut tidak tersedia file fisik (pdf) nya, karena itu kita manfaatkan schi-hub.

Apa itu schi-hub?, silahkan cek disini Download paper di sci-hub.

Pertama-tama kita harus buka dulu website penyedia paper, dengan mengklik pada bagian title pada google scholar, dan dapatkan DOI nya.

Setelah DOI nya ada, buka sci-hub, paste DOI nya di tempat yang disediakan, dan...., selamat membaca

Sumber gambar: ischool.syr.edu

Download paper di sci-hub

Heal The World
Make It A Better Place
For You And For Me
And The Entire Human Race
Itu liriknya michael jackson, baris pertama judulnya.

Dalam penulisan karya ilmiah, khususnya di Sumatera Barat, kesulitan pengaksesan jurnal merupakan kendala utama, kalau ndak berbayar, ya jurnalnya tidak gratis.

Jadi saya waktu nulis dulu, saya cenderung seperti katak dalam tempurung, kalau buat riset soal pembuatan aplikasi, rujukan cuman 2, M. Agus J. Alam untuk visual basic, dan Jogiyanto untuk metodologi analisa dan perancangan sistem informasi.

Padahal dunia luas ternyata, dan, Moskow sepertinya ingin menyumbang penyediaan kekurangan ini. Mereka menyediakan sebuah website yang khusus menyediakan paper-paper yang bisa didownload gratis.

Heal Indonesia research world, sampai nanti kita punya pustaka yang bisa diakses sendiri seluruh dosen dan sivitas akademika seantero indonesia, silahkan unduh dulu di http://sci-hub.ac/ .

Caranya cukup mudah, saya pakai 2 cara ini cukup efektif:

  1. Copy judul lengkap atau ROI dari dokumen yang dicari
  2. paste di layarnya, kalau ada captcha penuhi
  3. dan... selamat membaca

Sumber gambar: bioecologie.over-blog.com

Kamis, 30 Maret 2017

Parkir di kampus

Kampus memiliki user yang banyak, mahasiswa, mahasiswa ke kampus untuk jaman sekarang entah mana yang besar, menggunakan angkutan umum atau berkendaraan pribadi. Yang jelas, jumlah kendaraan yang parkir di kampus membludak.

Ada dua pendekatan yang dilakukan di dua kampus besar Bandung: UPI Bandung dan ITB.

UPI Bandung

UPI Bandung menawarkan solusi gratis for all. Baik mobil maupun motor, mungkin karena ketersediaan kampus yang luas, menjamin hal ini bisa dilakukan.

Kendaraan dipisah, antara mobil dan motor, untuk mobil disediakan 1 pintu masuk, untuk motor disediakan 2 (dua).

Metode parkir pun berbeda, untuk mobil, setiap pengguna parkir harus masuk lewat gardu satpam yang akan memberikan semacam kartu, kartu ini harus diserahkan ketika pengemudi keluar lewat gardu satpam. Kalau keluarnya loncat tembok, berarti ndak perlu (kidding sekali2 boleh lah).

Parkir untuk motor, setiap pengguna juga masuk lewat gardu satpam, tapi tidak ada pemberian kartu, boleh saja masuk. Keluar?, nah ini dia kreatifnya, harus ada STNK!, jadi masuk mudah, keluar na'uzubillah, wkwkwk kidding lagi. Keluarnya lebih valid.

ITB

ITB menawarkan solusi gratis sebagian, bayar sebagian. Pintu gerbang disediakan 2 untuk mobil, 2 untuk motor, 1 untuk mobil dan motor.

Berbeda dengan UPI yang hanya membolehkan mobil berkeliaran didalam kampus, ITB lebih bebas, mobil dan motor bisa masuk.

Untuk mobil dipilah 2, gardu bebas, dan gardu kantor, untuk gardu bebas, semua mobil boleh masuk, tidak peduli mahasiswa, dosen, pengunjung dsbnya, yang penting bayar parkiran, parkiran pun dibuat dalam seting ruangan tempat parkir.

Gardu kantor?, nah disini keindahannya, ini ditujukan lebih kepada dosen ITB, dan tamu. Disini akan ada 1 s.d 2 orang satpam yang akan meneliti kendaraan, melihat kartu tanda penduduk ITB, kartu pengenal maksudnya, yang memastikan pengemudi adalah dosen ITB, setelah itu dilakukan pencetakan blangko masuk yang mencantumkan plat nomor dari mobil yang bersangkutan. Blangko ini harus diserahkan ketika keluar dari gardu kantor.

Untuk motor juga dipilah 2, gardu bebas dan gardu kantor, penekanannya sama, gardu bebas ada tempat parkirnya, gardu kantor berarti boleh parkir didalam kampus. Yang gardu bebas juga mendapatkan blangko masuk, dan harus diserahkan pada saat keluar

Khusus untuk gardu bebas di ITB, persaingan lumayan ketat, jam 7 sudah harus... apa ya istilahnya?, menyerahkan kunci ke satpam, sehingga bisa diposisikan melintang, dan dipindah-pindah ketika mobil keluar masuk, yang ini etisnya sih pakai tips untuk si satpam.

Untuk gardu bebas, setiap pengemudi motor diminta merogoh kocek 2.000 untuk sekali parkir, kalau mobil 3.000 kalau tidak salah.

Mana yang terbaik?, pilih lah.

Sumber gambar: Geoful.wordpress.com


Rabu, 29 Maret 2017

Lab school di UPI Bandung

Bagaimana menerapkan ilmu kependidikan bagi yang fakultas nya adalah tarbiyah atau pendidikan?

UPI Bandung menjawabnya khusus dengan menyediakan labschool.

Apa itu labschool?, Labschool adalah sekolah labolatorium, ditempatkan dalam kampus, dan dibuka untuk umum.

Pengguna kebanyakan seperti saya, orang yang sedang kuliah ke luar daerah nya. Bawa anak-anak, anak-anak harus sekolah, cara paling masuk akal ya disekolahkan di lingkungan kampus, itulah labschool.

Apa kehebatan labschool?, Ya labolatorium lah, semua kebijakan, temuan terbaru tentang pendidikan diujikan disini.

Kendala melakukan penelitian adalah objek penelitian yang sulit untuk bekerjasama, kadang unsur subjektivitas dari sekolah menghalangi kritik yang akan ditawarkan peneliti.

Di labschool?, Walaupun tidak hilang sepenuhnya, tapi bisa diminimalisir lah.

Buktinya?, Labschool di UPI Bandung bukan sekedar TK atau SD, bahkan sampai ke SMP dan SMU!

Sebagai sekolah swasta, biaya masuk termasuk lumayan, kalau kita pakai prinsip ekonomi, dengan supply dan demand-nya, saya menilai demand nya tinggi, jadi?, Berhasil lah penerapan nya.

Mungkin perlu di terapkan di perguruan tinggi Sumatera barat yang punya fakultas pendidikan atau tarbiyah, yang sukses baik untuk kita contoh kan?

Atau kalau ke domain yang berbeda, labor profesional TI untuk bidang TI, anggota mahasiswa, project ya ikut tender TI, mungkin?, pernah dicoba dulu di kampus Padang, diaplikasikan lebih kepada lulusan fresh graduate, saya alumni itu.

Sumber gambar: sd.labschool.upi.edu

Download paper berbayar

Barusan dapat WA dari teman, seperti nya valid, tentang cara download paper berbayar.

Teman-teman disarankan install extension Unpaywall untuk dapat mengakses beberapa paper yang harus bayar : http://unpaywall.org/
Bila kebetulan paper yang dicari terindeks oleh Unpaywall, bisa diakses gratis baik di dalam maupun di luar kampus.

Dan, selamat menulis.